WASHINGTON - Para peneliti di konferensi sains di AS mengatakan kalau pada
tahun 2050 bumi sudah terlalu penuh untuk ditinggali.
"Perserikatan Bangsa Bangsa telah memprediksi kalau populasi global akan
mencapai angka tujuh miliar pada tahun 2011, dengan angka pertumbuhan yang
kebanyakan berasal dari negara-negara miskin di Afrika dan Asia Selatan,"
ujar John Bongaarts dari Population Council. Demikian seperti yang dikutip dari
The Straits Times, Senin (21/2/2011).
"Untuk memberi makan orang-orang ini, kita harus memproduksi sebanyak
mungkin makanan untuk kurun waktu 40 tahun ke depan," jelas Jason Clay
dari WWF di acara tahunan American Association for the Advancement of Science
(AAAS).
"Pada tahun 2050 planet Bumi mungkin jadi tak dapat 'dikenali' lagi jika
tren ini terus berkelanjutan," tambah Clay.
"Populasi yang berlebihan adalah masalah besar," kata John
Casterline, Director of the Initiative in Population Research di Ohio State
University.
Pendapatan juga diharapkan naik untuk kurun waktu 40 tahun ke depan, yang
memungkinkan untuk menambah suplai makanan.
"Orang-orang cenderung untuk memewahkan makanan mereka begitu
pendapatannya naik, makan lebih banyak daging, daripada ketika mereka memiliki
sedikit uang," ungkap para ahli.
WASHINGTON - Sejumlah ilmuwan melakukan sensus planet
untuk pertama kalinya dan memperkirakan bahwa galaksi Bima Sakti memiliki
setidaknya 50 miliar planet.
Dari jumlah itu, setidaknya 500 juta planet memiliki suhu yang tidak terlalu
panas ataupun terlalu dingin, sehingga memungkinkan adanya kehidupan. Demikian
seperti dilansir MSNBC, Minggu (20/2/2011).
Angka itu masih merupakan penghitungan awal planet yang dilakukan melalui
teleskop Kepler milik NASA. Kepala peneliti William Borucki menjelaskan, itu
merupakan jumlah planet yang mereka temui pada tahun pertama penghitungan.
Misi utama sensus ini, selain mendapatkan gambaran berapa banyak planet yang
terdapat dalam galaksi Bima Sakti, adalah menemukan planet yang berpotensi
untuk dihuni.
Borucki dan rekan-rekannya memperkirakan, satu dari dua bintang memiliki
planet, dan satu dari 200 bintang memiliki planet dalam zona yang bisa dihuni.
Itu hanyalah perkiraan minimum, karena bintang biasanya memiliki lebih dari
satu planet, sementara Kepler belum mendapatkan gambaran planet-planet yang
berada cukup jauh dari bintangnya.
Untuk mendapatkan perkiraan jumlah planet, ilmuwan menggunakan frekuensi planet
yang telah mereka observasi dan mengaplikasikannya pada jumlah bintang dalam
galaksi. Saat ini, diperkirakan terdapat 300 miliar bintang dalam galaksi Bima
Sakti.
VIVAnews - Matahari melepaskan lidah api terbesar selama empat tahun terakhir.
Letusan yang terjadi pada 14 Februari di belahan barat atau 15 Februari di
kawasan timur Bumi tersebut melontarkan gelombang besar yang mengandung
partikel gas bermuatan listrik ke ruang angkasa.
Badai Matahari itu juga memancarkan sinar radiasi yang akan menghantam Bumi.
Kini awan raksasa yang mengandung partikel tersebut sedang mengarah ke arah
planet kita.
Umumnya, Coronal Mass Ejection (CME), sebutan untuk fenomena tersebut,
membutuhkan waktu 24 jam atau lebih untuk tiba di Bumi. Efeknya, radiasi itu
memicu munculnya aurora borealis, atau Cahaya Utara di garis lintang atas dan
kadang muncul hingga di kawasan utara Amerika Serikat.
Dari pengamatan, letusan dahsyat tersebut tercatat mencapai Class X2.2 dalam
skala lidah api Matahari. Ia merupakan lidah api kelas X pertama yang hadir di
aktivitas siklus Matahari yang dimulai pada tahun lalu.
Sebagai informasi, kini Matahari sedang menuju ke solar maximum atau titik di
mana aktivitas di permukaan matahari sedang mencapai puncaknya, yang
diperkirakan akan terjadi pada 2013 mendatang.
“Lidah api itu merupakan yang terbesar sejak 6 Desember 2006,” kata Phil
Chamberlin, Deputy Project Scientist, Solar Dynamics Observatory NASA, seperti
dikutip dari Space, 16 Februari 2011. “Sebelumnya muncul petunjuk bahwa akan
ada peluang munculnya lidah api yang sedang sampai besar (kelas M atau lebih),
namun kami terkejut saat mengetahui bahwa lidah api yang dilontarkan merupakan
kelas X yang lebih besar,” ucapnya.
Lidah api kelas X merupakan tipe lidah api yang paling kuat yang bisa
dilontarkan Matahari. Ada dua kategori lain di bawahnya yakni kelas M yang
memiliki kekuatan medium namun cukup bertenaga, dan kelas C yang merupakan
lontaran radiasi yang paling lemah.
Lontaran lidah api sebesar itu akan memancarkan sinar X, radiasi ultraviolet
dosis tinggi serta menghembuskan angin Matahari ke arah Bumi.
Setibanya di Bumi, elektron dan proton dari angin Matahari akan bersinggungan
dengan medan magnet dan mengarahkannya ke kutub magnetik planet ini. Gangguan
tersebut dapat menghadirkan badai geomagnetik di medan magnet planet Bumi.
“Badai geomagnetik berpotensi terjadi setelah 36 hingga 48 jam setelah CME tiba
di Bumi,” ucap Chamberlin.
VIVAnews - Sebuah satelit ruang angkasa telah
mendeteksi dua lubang berukuran besar di Matahari. Lubang ini diyakini menjadi
jalan bagi material dan gas milik bintang itu untuk keluar ke alam bebas.
Lubang yang disebut sebagai ‘coronal hole’ tersebut merupakan celah di antara
medan magnet Matahari. Celah itu melubangi lapisan atmosfir luar yang super
panas – disebut juga dengan corona – sehingga memungkinkan gas panas dari inti
Matahari terlepas ke luar.
Lubang itu terdeteksi oleh satelit Hinode yang khusus memantau aktivitas
Matahari. Adapun kedua lubang tersebut terdeteksi dari foto-foto yang diambil
pada 1 Februari lalu.
Pada gambar yang ditangkap, lubang terdapat di bagian tengah atas di dekat
kutub Matahari, adapun lubang lain berada di bagian bawah. Lubang juga terlihat
lebih gelap dibanding bagian lain dari Matahari. Namun ada alasan untuk itu.
“Suhu lubang itu relatif dingin dibandingkan dengan kawasan aktif di
sekelilingnya. Temperatur lebih dingin itu membuat lubang tampak lebih gelap di
gambar,” kata juru bicara NASA, seperti dikutip dari Space, 15 Februari 2011.
Hinode Solar Observatory merupakan satelit pemantau milik Jepang yang telah mengamati
bintang tersebut sejak diluncurkan pada tahun 2006 lalu. Satelit itu didesain
untuk mempelajari medan magnet Matahari untuk membantu ilmuwan dalam memahami
bagaimana energi disebarkan melalui lapisan berbeda milik atmosfir Matahari.
Misi pemantauan yang dilakukan Hinode sendiri merupakan misi gabungan antara
Japan Aerospace Exploration Agency, Japan’s National Astronomical Observatory,
NASA dan European Space Agency.
VIVAnews - NASA, badan antariksa milik AS NASA,
baru-baru ini mengidentifikasi 'dunia' baru yang dikenal dengan KOI 326.01.
Planet ini memiliki volume dan diameter lebih kecil dibandingkan Bumi dengan
temperatur sedikit lebih rendah dari air mendidih. Tetapi, sejauh ini KOI
326.01 menjadi planet yang termirip dengan Bumi, setidaknya dari segi ukuran.
Planet KOI 326.01 telah ditangkap pertama kali oleh Teleskop Kepler. Teleskop
tersebut bekerja untuk mendeteksi planet-planet ekstrasolar (berada di luar
tata surya). Ia mampu mengamati 150.000 bintang terdekat Bumi di ruang angkasa.
Dari ratusan ribu bintang yang citranya terjangkau, teleskop Kepler mengamati
segala perubahan cahaya samar menuju bintang. Jika ada bayangan atau obyek yang
mengganggu pandangan ke arah bintang, bisa jadi itu adalah planet.
Sejauh pengamatan terhadap KOI 326.01, ilmuwan planet dari Ames Research Center
NASA William Borucki mengatakan, "Ini obyek kecil, kandidat kecil."
"Astronom pun bahkan tidak mengetahui berapa ukuran bintang induknya.
Sebab itu, sulit untuk mengetahui karakteristik planet yang mirip Bumi itu.
Sampai kini, belum ada konfirmasi lebih lanjut," tandas dia, yang juga
bertanggung jawab sebagai kepala tim sains Kepler, seperti dikutip dari TG
Daily, Selasa 22 Februari 2011.
Sementara itu, Sara Seagar dari MIT mengatakan pengamatan melalui teleskop
Kepler adalah langkah pertama tim menuju pengungkapan karakteristik
planet-planet selain Bumi. Inisiatif di masa mendatang, dikatakan Sarah, adalah
mengetahui adanya kehidupan atau tidak, serta memahami karakter planet beserta
isinya secara umum jika mereka menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
"Pertanyaan-pertanyaan di atas belum bisa terjawab dengan satu teleskop
ini. Ini baru langkah awal. Ke depan, kami akan menciptakan teknologi yang bisa
menjawab semua pertanyaan itu," ujar Sarah yang juga tergabung menjadi
anggota tim Kepler.
Memang, ada perkiraan bahwa satu dari 200 bintang di ruang angkasa pasti
terdapat sebuah planet yang memiliki zona layak huni oleh makhluk hidup, atau
seperti kehidupan seperti Bumi.
Planet KOI 326.01 salah satunya? Itu masih misteri. Tapi, menurut beberapa ilmuwan,
planet seukuran Bumi itu merupakan salah satu planet yang cocok untuk kehidupan
alternatif penghuni Bumi.
"Ada banyak sekali laut di permukaan planet-planet yang ada di luar sana.
Sangat menarik untuk dieksplorasi apakah ada kehidupan atau tidak," tutur
Borucki. "Tapi, untuk menuju ke sana, kita perlu waktu bertahun-tahun
sejak data pertama ditemukan."